Rabu, 22 Juli 2009

Waspadai Perekonomian Indonesia 2009
Oleh : Karno Raditya

12-Nov-2008, 18:31:42 WIB - [www.kabarindonesia.com]

KabarIndonesia -- Menghadapi berbagai gejolak ekonomi dunia, maka tak ada pilihan lain bagi kita, kecuali harus melakukan terobosan untuk bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi maupun sosial. Terobosan itu perlu dilakukan, mengingat masyarakat Indonesia saat ini cenderung frustasi dan kurang bersemangat untuk melakukan perubahan guna memperbaiki kondisi.

Economist Intelligence Unit memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2009 hanya 3,7 persen. Artinya, ini akan melamban karena pengaruh krisis keuangan dunia. Situasi seperti ini memang patut kita waspadai.

Kita memang harus maklum, tidak ada satu negara pun yang kebal terhadap hantaman krisis keuangan global. Dalam situasi seperti ini, kita memang harus lebih waspada, lebih-lebih makin ketatnya likuiditas keuangan global, sehingga suka tidak suka akan membuat Indonesia sulit mendapatkan sumber pendanaan. Oleh kerenanya pertumbuhan investasi aset tetap di Indonesia juga akan turun. Kita butuh terobosan baru, guna mencarikan solusinya sejak dini. Kalau kita lengah, maka dikhawatirkan krisis ekonomi jilid kedua di Indonesia akan lebih parah dibanding 10 tahun lalu.

Dalam laporan kajian risiko berbisnis di Indonesia yang diterbitkan EIU Oktober 2008, diperkirakan akan ada aliran modal keluar dari Indonesia pada tahun depan. Itu akan mengakibatkan perusahaan-perusahaan kesulitan pendanaan karena cadangan valuta asing yang menipis. Jika ini terjadi maka Indonesia akan mengalami kesulitan akibat dampak krisis global yang mulai terasa mempengaruhi pasar modal. Sejumlah besar surat hutang negara yang dipegang oleh investor asing, dikhawatirkan akan menyulitkan Indonesia di masa depan.

Menurunnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika secara drastis dalam beberapa minggu terakhir ini, menjadi pertanda bagi kita akan terjadi sesuatu yang kurang baik. Kita lihat memang tidak terjadi krisis neraca pembayaran, tapi risiko pelarian modal terutama dari investor domestik yang sejauh ini percaya pada rupiah, masih bakal terjadi. Kalau kita lihat kebijakan uang ketat, khususnya yang diterapkan Bank Indonesia untuk mengatasi inflasi dan upaya menjaga suku bunga tinggi, guna mempertahankan nilai rupiah, juga bakal mengurangi belanja konsumen dan menghambat investasi.

Meski Indonesia telah membuat perbaikan penting beberapa tahun terakhir, tapi yang kita lihat masih banyak masalah yang perlu diselesaikan untuk membantu Indonesia agar tahan menghadapi krisis finansial dan ekonomi. Kalau kita lengah, maka pengangguran bakal meningkat dan jumlah rakyat miskin bakal bertambah. Terobosan itulah yang kita perlukan, untuk mencegah angka pengangguran di Indonesia yang diperkirakan akan naik sebesar 9 persen di tahun 2009 dari tahun lalu, sekitar 8.5 persen.

Kenaikan jumlah pengangguran ini lebih disebabkan menurunnya penyerapan tenaga kerja dalam bidang industri, yang mencapai 36,6 persen pada kuartal kedua di tahun 2008 ini. Kita memang patut mewaspadai kondisi perkonomian di tahun 2009. Pasalnya banyak bidang yang mengalami penurunan, termasuk bidang ekonomi yang menunjukkan semakin melemahnya performa sector tradable (pertanian dan industri). Selain itu, penurunan kemajuan pertanian dan peternakan yang turun masing-masing 5 persen dan 3 persen, juga sektor pertambangan dan industri pengolahan.

Menurut Latif, masih terdapat juga 12 persen hingga 14 persen angka kemiskinan yang menanti di tahun 2009, sementara penyerapan tenaga kerja secara besar-besaran sepertinya hampir tidak ada. Masalah pengangguran ini, diharapakan menjadi perhatian semua pihak, karena pertumbuhan non-tradable yang maju pesat, sementara sector tradable semakin melemah. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara pemerintah dan pihak-pihak industri yang berkompeten untuk mendorong terbukanya kesempatan kerja dalam bidang industri. Hal ini sekaligus dapat mengurangi dominasi dari sector non-tradable yang telah menyerap sekitar 70 persen tenaga kerja produktif. Melihat data yang ada, maka penyerapan tenaga kerja yang paling dominan adalah sektor non-tradable. Dimana bidang perdagangan dan kemasyarakatan, masing-masing meraup sekitar 1,25 juta orang dan 1,82 juta orang, sehingga totalnya mencapai lebih dari 3 juta orang. Sedangkan jumlah tenaga kerja baru yang diserap dalam sector tradable hanya sebesar 430 ribu orang. Dari data ini, maka kita melihat bahwa telah terjadi proses informalisasi atau dominasi dari sector non-tradable dalam perekonomian Indonesia, dan inilah tanda bahwa perekonomian Indonesia mungkin perlu ada perbaikan. Krisis ekonomi di Indonesia menjadi sangat rentan, lebih-lebih jelang Pemilu dan Pilpres 2009. Apalagi kalau kita lihat yang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini. Dimana budaya curiga menjadi lebih dominan, baik di tingkat elite politik maupun di masyarakat, sehingga dapat diibaratkan kekuasaan presiden saat ini sudah digerogoti dan tidak kuat lagi siapapun presidennya, apalagi DPR sangat berkuasa. Pada zaman pemerintahan Soeharto, penguasa menerapkan sistim sentral ekonomi. Tetapi, bukan konsep komunis yang dijaga oleh militer, sehingga kebijakan ini cukup kuat.

Guna menyikapi dampak lanjutan krisis finansial global, maka Indonesia perlu terus melanjutkan upaya memperkuat ketahanan ekonominya, antara lain, dengan meningkatkan intensitas diversifikasi produk dan negara tujuan ekspor, membangun lingkungan investasi yang semakin kondusif dan memperkuat daya serap pasar dalam negeri. Karena itu, langkah pembangunan infrastruktur, penegakkan hukum dan reformasi birokrasi yang semakin bercitra bebas korupsi akan sangat diperlukan, kalau kita mau bangkit dari keterpurukan. (*)


Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik):
redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
www.kabarindonesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar